MITOS GANGGUAN PENGLIHATAN MATA MINUS


Tak merugi di siang terik lepas sholat Duhur saya berkunjung ke RSUD  Bendan Pekalongan, antri KIR dokter. Diawali dengan pemeriksaan menggunakan  alat periksa mata computer yang menghasilkan print-out gangguan penglihatan secara objective, selanjutnya pemeriksaan mata secara manual dengan menggunakan lensa yang diganti berdasar kenyamanan saat baca tulisan di tembok.  Setelahnya menunggu antrian curhat  bertemu dengan  sang dokter mata. Saya piker hanya akan ditanya secara formal kerja dimana, tinggal dimana.  Nyatanya dr Guntur  Susetyo Sp.M malah bercerita banyak dan saya pun kian cerewet bertanya.
Bahwa ada kekeliruan persepsi  yang saya bahkan banyak orang yakini, dan ternyata itu MITOS !
1.        Faktor genetis sangat dominan pada kondisi bola mata seseorang. Setiap bayi lahir sudah  memiliki bakat bola mata lonjong misalnya, maka kelak dia akan bermata minus. Bahwa minus itu akan muncul pada usia 10 tahun, 25 tahun, atau baru 50 tahun bisa saja terjadi.
Ketika masih kanak-kanak sudah harus mengenakan alat bantu kacamata, semakin  bertambah umur bisa menambah jumlah minus, karena bola mata masih bertumbuh hingga usia 20 tahun. Setelah usia tersebut barulah perkembangan bola mata relative stabil.
Rabun jauh dapat terjadi karena perubahan kelengkungan kornea, gangguan lensa mata atau memanjangnya sumbu bola mata.
2.       Membaca buku sambil tidur akan membuat mata minus, MITOS.
Saat anak hobi membaca sambil tiduran , sudah diawali dengan gangguan penglihatan. Anak tidak nyaman membaca sambil duduk dengan sudut 90’ dan jarak 30cm. Tidak jelas. Sehingga memilih membaca sambil tidur dengan jarak pandang 12 cm.  Bukan berarti membaca sambil tiduran menjadi boleh, karena membaca jarak dekat  baik buku, HP, computer akan memaksa mata berakomodasi maksimal sehingga menimbulkan rasa lelah, pedih dan kabur pada mata.
3.       Menonton TV jarak dekat akan membuat mata minus, MITOS.
Anak balita seringkali menonton TV dengan jarak sangat dekat  bahkan  bisa menempelkan muka ke layar TV. Meski seringkali di ingatkan, pasti akan mengulangi. Hal ini dikarenakan rasa ingin tahun yang besar dan kemampuan focus anak pada obyek bergerak. Namun menonton TV jarak dekat tidak ada akan menyebabkan mata minus secara langsung. Yang patut diwaspadai justru efek sinar biru  yang dipancarkan layar ke lensa mata, dimungkinkan dapat merusaha retina. APalagi anak yang menonton TV jarang dekat biasanya menjadi jarang berkedip karena terpukau tayangan di layar. Lebih baik beri meja atau  benda lain sehingga anak tidak  bisa terlalu  dekat dengan layar TV.
4.       Membaca dengan cahaya temaram akan membuat mata minus, MITOS.
Sama dengan logika membaca jarak dekat, membaca dengan cahaya kurang akan memaksa mata berakomodasi maksimal sehingga mata cepat lelah.
5.       Makan  banyak wortel  akan dapat memantu mengurangi mata minus, MITOS.
Wortel mengadung karoten yang bermanfaat untuk kesehatan mata. Tapi sumber karoten tidak hanya wortel , ada macam sayur dan buah lain seperti pepaya, mangga dan buah naga. Vitamin A memang  bagus untuk kesehatan mata namun tidak dapat menyemuhkan mata minus/plus/silinder. Vitamin A banyak berperan pada metabolism sel-sel saraf pada retina, tapi tidak bisa memperbaiki kesalahan system optic lensa mata.
Maka jika Anda memakai kacamata, rutinlah cek kesehatan mata anak-anak Anda untuk mengetahui gangguan penglihatan sejak dini. Setidaknya jika ada gangguan penglihatan tidak sampai menurunkan prestasinya di sekolah.
HAPPY SUNDAY J


Comments